16 May 2019


A.    Latar Belakang
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi.Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian.Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan berusaha mendorong pemerataan (Soekartawi, 2003).
Hortikultura memiliki manfaat yang sangat beragam, selain memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral, dan protein (sayuran dan buah-buahan), tanaman hortikultura juga dapat memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tentram, ketenangan, dan estetika disaat kita mengkonsumsi tanaman hortikultura.Kecamatan Tidore berdasarkan keadaan biofisik lingkungan mempunyai potensi untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian mulai dari hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan.Lahan juga cukup luas untuk pengembangan komoditas tanaman hortikultura seperti Bawang Merah.
Bawang Merah (Allium Cepa L)  sebagai salah satu jenis tanaman hortikultura umumnya mempunyai sifat-sifat seperti diproduksi musiman dan selalu segar, penanaman bawang merah dapat dilakukan pada bulan April sampai Oktober, karena pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau. Tanaman bawang merah kurang baik apabila ditanam pada tempat-tempat becek yang mengandung air, namun bawang merah sangat membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya, terutama pembentukan umbi. Oleh karena itu, waktu tanam yang paling baik untuk menanam bawang merah ialah pada musim kemarau.
Bawang merah merupakan tanaman berumbi lapis berwarna keungu-unguan, yang memiliki nama latin Allium Cepa L. Bawang merah umumnya memiliki bau yang tajam dan mampu memberikan rasa pada suatu sajian. Bawang merah mengandung beberapa senyawa yang penting bagi tubuh antara lain vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi, tanaman ini juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin.
Tabel 1.1.  Kandungan Gizi Bawang Merah per 100gram
Nilai Gizi per 100 G (3.5 Oz)
Energi
166kj (40 kcal)
Karbohidrat
9,340    g
Gula
4,240    g
Diet serat
1,700    g
Lemak
0,100    g
Jenuh
0,042 g
Monounsaturated
0,013 g
Polyunsaturated
0,017 g
Protein
1,100    g
Air
89,110    g
Vitamin A equiv
0,000 mg
Thiamine (Vitamin B1)
0,046 mg
Riboflavin (Vitamin B2)
0,027 mg
Niacin (Vitamin B3)
0,116 mg
vitaminB6
0,120 mg
Folat (Vitamin B9)
19,000 mg
Vitamin B12
0,000 mg
Vitamin C
7,400 mg
Vitamin E
0,020 mg
Vitamin K
0,400 mg
Kalsium
23,000 mg
Besi
0,210mg
Magnesium
0,129 mg
Fosfor
29,000mg
Kalium
146 ,000mg
Sodium
4,000mg
Seng
0,170mg
Sumber: USDA Nutrient Database
Bawang merah memiliki manfaat sebagai obat yaitu untuk mengobati maag, masuk angin, menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol, sebagai obat kencing manis (diabetes mellitus), memperlancar pernafasan dan memperlancar aliran darah karena bawang merah dapat menghambat penimbunan trombosit dan meningkatkan aktifitas fibrinotik (Budi Samadi; Bambang Cahyono, 2005). Data Produksi Bawang Merah di Kota Tidore Kepulauan  pada tahun 2014 sebesar 62,75 ton  dengan luas tanam 15,40 ha,pada tahun 2015 mengalami penurunan  produksi menjadi24,15 ton dengan luas tanam 8,56 ha,produksi bawang merah lokal pada tahun 2016 mengalami peningkatan produksi menjadi 27,29 ton dengan luas tanam 9,84 ha, dan produksi bawang merah lokal mengalami peningkatan menjadi117,00 ton dengan luas tanam34,10 ha pada tahun 2017. Berikut data luas lahan, produksi dan produktivitas bawang merah di Kota Tidore Kepulauan.
Tabel 1.2. Perkembangan Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Lokal Di Kota Tidore Kepulauan Tahun 2014-2017
Tahun
Luas Tanam (Ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton/ha)
2014
15,40
62,75
4,07
2015
8,56
24,15
2,82
2016
9,84
27,29
2,77
2017
34,10
117,00
3,43
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kota Tidore Kepulauan, 2017.

Berdasarkan data pada tabel 1.2, terdapat ketidaksesuaian antara luas tanam yang mengalami penurunan dengan jumlah produksi dan produktivitas bawang merah lokal mengalami peningkatan pada tahun 2014 di Kota Tidore Kepulauan.Pada tahun 2015 mengalami penurunan, kemungkinan besar penyebab menurunnya produksi bawang merah di Kelurahan Topo adalah belum optimalnya penggunaan faktor produksi. Faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, dan pupuk yang digunakan dalam usahatani bawang merah. Di Kelurahan Topo, komoditas bawang merah dapat dikatakan berpotensi karena pada tahun 2014 Kelurahan Topo merupakan penghasil bawang merah terbesar di kota tidore kepulauan. Namun pada tahun 2015 sampai pertengahan 2016 prestasi ini mulai menurun dimana pada tahun tersebut posisi Kelurahan Topo menjadi penghasil bawang merah menurun drastis karena luas panen bawang merah di daerah tersebut justru selalu menurun. Akibat penurunan luas lahan tersebut berdampak juga terhadap penurunan produksi bawang merah di Kelurahan Topo. Penurunan produksi tersebut mengakibatkan kurangnya pasokan bawang merah di pasar sarimalaha Kota Tidore Kepulauan sehingga harga bawang merah di pasar melonjak naik dari harga normalnya. Kekurangan pasokan bawang merah tersebut diduga karena kondisi alam yang kurang mendukung ketika dilakukan proses penanaman. Selain itu juga kekurangan pasokan bawang merah juga diakibatkan karena kurangnya persediaan benih yang diperoleh petani karena telah berkali-kali mengalami gagal panen akibat penyakit dan hama tanaman sepanjang tahun 2013-2016. Kurangnya stok benih yang didapatkan oleh petani berdampak juga terhadap kenaikan harga benih yang melambung tinggi akibat persediaan benih tersebut menipis. Pada pengolahannya petani dibantu oleh tenaga kerja yang berasal dari keluarga sehingga secara ekonomi menguntungkan karena tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penggunaan input dalam usahatani bawang merah di Kelurahan Topo.
Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input, production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Berbagai pengalaman menunjukan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan, tenaga kerja serta aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi,2002).
Kelurahan Topo merupakan salah satu wilayah yang memproduksi bawang merah lokal di Kecamatan Tidore. Pada proses usahatani, petani bawang merah di kelurahan Topo menggunakan ladang sebagai tempat untuk usahatani bawang merah. Pada umumnya proses usahatani dimulai pada bulan April sampai dengan Oktober atau musim kemarau. Waktu tersebut merupakan waktu yang sangat cocok untuk menanam bawang merah karena bawang merah sendiri tergolong tanaman yang tidak cocok dengan suplai air yang berlebihan. Petani bawang merah lebih cenderung menggunakan pupuk urea, KCl, serta TSP yang diberikan sesuai umur tanaman. Petani bawang merah di Kelurahan Topo hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja dari kelompok dengan sistem gotong royong secara bergantian,sehingga tidak membutuhkan biaya yang cukup banyak. Berdasarkan permasalahan yang ada, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah lokal Topopada Kelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore, Provinsi Maluku Utara.
B.     Identifikasi Masalah
  1.  Apakah faktor lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, pupuk TSP, dan pupuk KCl berpengaruh terhadap produksi bawang merah lokal Topo padaKelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore?
  2. Apakah usahatani bawang merah lokal Topo pada Kelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore menguntungkan?

C.    Tujuan Penelitian
  1. Menganalisis pengaruh penggunaan faktor produksi lahan, tenaga kerja,bibit, pupuk urea, pupuk TSP, dan pupuk KCl terhadap produksi bawang merah lokal Topo pada Kelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore.
  2. Menganalisis keuntungan bawang merah lokal Topo pada Kelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore.

Download file lengkap (pdf)
COVER
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
LAMPIRAN

password

0 comments:

Post a Comment

Tanpa anda, saya bukan siapa-siapa. Silakan berkomentar yang membangun :)