A.
Latar
Belakang
Peranan
sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan
lagi.Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas
pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada
sektor pertanian.Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi
pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri,
meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan
kerja dan berusaha mendorong pemerataan (Soekartawi, 2003).
Hortikultura
memiliki manfaat yang sangat beragam, selain memenuhi kebutuhan jasmani sebagai
sumber vitamin, mineral, dan protein (sayuran dan buah-buahan), tanaman
hortikultura juga dapat memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa
tentram, ketenangan, dan estetika disaat kita mengkonsumsi tanaman
hortikultura.Kecamatan Tidore berdasarkan keadaan biofisik lingkungan mempunyai
potensi untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian mulai dari hortikultura,
perkebunan, peternakan dan perikanan.Lahan juga cukup luas untuk pengembangan
komoditas tanaman hortikultura seperti Bawang Merah.
Bawang
Merah (Allium Cepa L) sebagai salah satu jenis tanaman hortikultura
umumnya mempunyai sifat-sifat seperti diproduksi musiman dan selalu segar,
penanaman bawang merah dapat dilakukan pada bulan April sampai Oktober, karena
pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau. Tanaman bawang merah
kurang baik apabila ditanam pada tempat-tempat becek yang mengandung air, namun
bawang merah sangat membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya, terutama
pembentukan umbi. Oleh karena itu, waktu tanam yang paling baik untuk menanam
bawang merah ialah pada musim kemarau.
Bawang
merah merupakan tanaman berumbi lapis berwarna keungu-unguan, yang memiliki
nama latin Allium Cepa L. Bawang
merah umumnya memiliki bau yang tajam dan mampu memberikan rasa pada suatu
sajian. Bawang merah mengandung beberapa senyawa yang penting bagi tubuh antara
lain vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu bawang merah juga
mengandung kalsium dan zat besi, tanaman ini juga mengandung zat pengatur
tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin.
Tabel 1.1. Kandungan Gizi Bawang
Merah per 100gram
Nilai Gizi
per 100 G (3.5 Oz)
|
|
Energi
|
166kj (40 kcal)
|
Karbohidrat
|
9,340 g
|
Gula
|
4,240 g
|
Diet
serat
|
1,700 g
|
Lemak
|
0,100 g
|
Jenuh
|
0,042 g
|
Monounsaturated
|
0,013 g
|
Polyunsaturated
|
0,017 g
|
Protein
|
1,100 g
|
Air
|
89,110 g
|
Vitamin
A equiv
|
0,000 mg
|
Thiamine
(Vitamin B1)
|
0,046 mg
|
Riboflavin
(Vitamin B2)
|
0,027 mg
|
Niacin
(Vitamin B3)
|
0,116 mg
|
vitaminB6
|
0,120 mg
|
Folat
(Vitamin B9)
|
19,000 mg
|
Vitamin
B12
|
0,000 mg
|
Vitamin
C
|
7,400 mg
|
Vitamin
E
|
0,020 mg
|
Vitamin
K
|
0,400 mg
|
Kalsium
|
23,000 mg
|
Besi
|
0,210mg
|
Magnesium
|
0,129 mg
|
Fosfor
|
29,000mg
|
Kalium
|
146 ,000mg
|
Sodium
|
4,000mg
|
Seng
|
0,170mg
|
Sumber: USDA Nutrient Database
Bawang
merah memiliki manfaat sebagai obat yaitu untuk mengobati maag, masuk angin,
menurunkan kadar gula dalam darah, menurunkan kolesterol, sebagai obat kencing
manis (diabetes mellitus), memperlancar pernafasan dan memperlancar aliran
darah karena bawang merah dapat menghambat penimbunan trombosit dan
meningkatkan aktifitas fibrinotik (Budi Samadi; Bambang Cahyono, 2005). Data
Produksi Bawang Merah di Kota Tidore Kepulauan
pada tahun 2014 sebesar 62,75 ton
dengan luas tanam 15,40 ha,pada tahun 2015 mengalami penurunan produksi menjadi24,15 ton dengan luas tanam
8,56 ha,produksi bawang merah lokal pada tahun 2016 mengalami peningkatan
produksi menjadi 27,29 ton dengan luas tanam 9,84 ha, dan produksi bawang merah
lokal mengalami peningkatan menjadi117,00 ton dengan luas tanam34,10 ha pada
tahun 2017. Berikut data luas lahan, produksi dan produktivitas bawang merah di
Kota Tidore Kepulauan.
Tabel 1.2. Perkembangan Luas Lahan,
Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Lokal Di Kota Tidore Kepulauan Tahun
2014-2017
Tahun
|
Luas Tanam (Ha)
|
Produksi (ton)
|
Produktivitas (ton/ha)
|
|
2014
|
15,40
|
62,75
|
4,07
|
|
2015
|
8,56
|
24,15
|
2,82
|
|
2016
|
9,84
|
27,29
|
2,77
|
|
2017
|
34,10
|
117,00
|
3,43
|
|
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kota Tidore Kepulauan, 2017.
Berdasarkan
data pada tabel 1.2, terdapat
ketidaksesuaian antara luas tanam yang mengalami penurunan dengan jumlah
produksi dan produktivitas
bawang merah lokal mengalami peningkatan pada tahun 2014 di Kota Tidore Kepulauan.Pada
tahun 2015 mengalami penurunan, kemungkinan besar penyebab menurunnya produksi
bawang merah di Kelurahan Topo adalah belum optimalnya penggunaan faktor
produksi. Faktor produksi yang dimaksud adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, dan pupuk yang digunakan dalam usahatani
bawang merah. Di Kelurahan Topo, komoditas bawang merah dapat dikatakan
berpotensi karena pada tahun 2014 Kelurahan Topo merupakan penghasil bawang
merah terbesar di kota tidore kepulauan. Namun pada tahun 2015 sampai
pertengahan 2016 prestasi ini mulai menurun dimana pada tahun tersebut posisi Kelurahan
Topo menjadi penghasil bawang merah menurun drastis karena luas panen bawang
merah di daerah tersebut justru selalu menurun. Akibat penurunan luas lahan
tersebut berdampak juga terhadap penurunan produksi bawang merah di Kelurahan
Topo. Penurunan produksi tersebut mengakibatkan kurangnya pasokan bawang merah
di pasar sarimalaha Kota Tidore Kepulauan sehingga harga bawang merah di pasar
melonjak naik dari harga normalnya. Kekurangan pasokan bawang merah tersebut diduga
karena kondisi alam yang kurang mendukung ketika dilakukan proses penanaman.
Selain itu juga kekurangan pasokan bawang merah juga diakibatkan karena
kurangnya persediaan benih yang diperoleh petani karena telah berkali-kali
mengalami gagal panen akibat penyakit dan hama tanaman sepanjang tahun
2013-2016. Kurangnya stok benih yang didapatkan oleh petani berdampak juga
terhadap kenaikan harga benih yang melambung tinggi akibat persediaan benih
tersebut menipis. Pada pengolahannya petani dibantu oleh tenaga kerja yang
berasal dari keluarga sehingga secara ekonomi menguntungkan karena tidak ada
biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja. Oleh karena itu, penelitian ini
perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penggunaan input dalam usahatani
bawang merah di Kelurahan Topo.
Faktor
produksi dikenal pula dengan istilah input, production
factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan
besar atau kecilnya produksi yang diperoleh. Berbagai pengalaman menunjukan
bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, dan obat-obatan,
tenaga kerja serta aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting
diantara faktor produksi yang lain (Soekartawi,2002).
Kelurahan
Topo merupakan salah satu wilayah yang memproduksi bawang merah lokal di
Kecamatan Tidore. Pada proses usahatani, petani bawang merah di kelurahan Topo
menggunakan ladang sebagai tempat untuk usahatani bawang merah. Pada umumnya
proses usahatani dimulai pada bulan April sampai dengan Oktober atau musim
kemarau. Waktu tersebut merupakan waktu yang sangat cocok untuk menanam bawang
merah karena bawang merah sendiri tergolong tanaman yang tidak cocok dengan
suplai air yang berlebihan. Petani bawang merah lebih cenderung menggunakan pupuk
urea, KCl, serta TSP yang diberikan sesuai umur tanaman. Petani bawang merah di
Kelurahan Topo hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja dari kelompok dengan sistem
gotong royong secara bergantian,sehingga tidak membutuhkan biaya yang
cukup banyak. Berdasarkan permasalahan yang ada, membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi bawang merah lokal Topopada Kelompok Tani Kelurahan
Topo, Kecamatan Tidore, Provinsi Maluku Utara.
B.
Identifikasi
Masalah
- Apakah faktor lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea, pupuk TSP, dan pupuk KCl berpengaruh terhadap produksi bawang merah lokal Topo padaKelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore?
- Apakah usahatani bawang merah lokal Topo pada Kelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore menguntungkan?
C.
Tujuan Penelitian
- Menganalisis pengaruh
penggunaan faktor produksi lahan, tenaga kerja,bibit,
pupuk urea, pupuk
TSP, dan pupuk KCl terhadap produksi
bawang merah lokal Topo pada Kelompok Tani Kelurahan Topo, Kecamatan
Tidore.
- Menganalisis keuntungan
bawang merah lokal Topo pada Kelompok Tani
Kelurahan Topo, Kecamatan Tidore.
Download file lengkap (pdf)
COVER
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
LAMPIRAN
password
0 comments:
Post a Comment
Tanpa anda, saya bukan siapa-siapa. Silakan berkomentar yang membangun :)